PERCOBAAN II
PERBANDINGAN SIFAT SENYAWA ION DAN SENYAWA KOVALEN
A.
TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan
percobaan praktikum ini adalah untuk dapat mengetahui dan menjelaskan pengaruh
jenis ikatan suatu senyawa terhadap sifat fisis da sifat kimia senyawa
tersebut.
B.
TINJAUAN
PUSTAKA
Ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua kategori besar : ikatan ion dan
ikatan kovalen. Disebut terbentuk ikatan ion jika terjadinya perpindahan
elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan
mempunyai daya tarik-menarik. Daya tarik-menarik di antara ion-ion yang
bermuatan berlawanan merupakan suatu ikatan ion. Ikatan kovalen terbentuk dari
terbaginya (sharing) elektron di antara atom-atom. Dengan perkataan ini, daya
tarik-menarik inti atom pada elektron yang terbagi di antara elektron itu merupakan
suatu ikatan kovalen.
1.
Ikatan ion
Ikatan ion adalah ikatan
antara ion positif (kation) dan ion negatif (anion), terjadi ikatan karena
partikel yang muatannya berlawan tarik menarik. Ion positif dan negatif dapat
terbentuk bila terjadi serah terima elektron antar atom. Atom yang melepaskan
elektron akan menjadi ion positif, sebaliknya yang menerima akan menjadi ion
negatif. Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun
selang seling membentuk molekul raksasa dan akan mempunyai sifat tertentu.
Sifat-sifat itu antara lain adalah kebanyakan menunjukkan titik leleh tinggi,
pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amoniak).
Senyawa ion berwujud padat tidak menghantarkan listrik, karena ion positif dan
negatif terikat kuat satu sama lain.. Akan tetapi cairan senyawa ion akan
menghantarkan listrik karena ion-ion yang lepas dan bebas. Senyawa ion juga
dapat menghantarkan listrik bila dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air
karena terionisasi. Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka
senyawa ion berupa padatan dan berbentuk kristal. Permukaan kristal itu tidak
mudah digores atau digeser. Selain dari sifat-sifat yang disebutkan diatas,
senyawa ion juga memiliki sifat hampir tidak terbakar (Wilbraham, 1992).
Ikatan kimia adalah
daya tarik menarik antara atom yang menyebabkan satu senyawa kimia dapat
bersatu, kekuatan daya tarik-menarik ini menentukan sifat-sifat kimia dari
suatu zat, dan cara ikatan kimia berubah jika suatu zat bereaksi digunakan
untuk mengetahui jumlah energi yang dilepaskan atau absorbsi selama terjadi
reaksi (Brady,1999).
Ikatan ionik
terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara sebuah atom logam dan
sebuah atom bukan. Dalam perpindahan ini atom menjadi logam ion yang bermuatan
positif (kation) dan bukan logam menjadi ion bermuatan negatif (Petrucci,1987)
2.
Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah
ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian bersama sepasang elektron
atau lebih. Ikatan kovalen dapat terjadi antara atom yang sama dengan atom yang
berbeda. Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik
leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut
non polar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah
terbakar dan banyak yang berbau (Syukri, 1999).
Bila kita pelajari perubahan energi yang terjadi
pada pembentukan ikatan, kita jumpai bahwa bila atom mendekat, maka energi
mulai berkurang. Hal ini disebabkan oleh elektron yang mendekat ke inti positif
atom lain , dimana elektonnya juga ditarik. Jumlah ikatan kovalen yang dibentuk
oleh suatu atom sering mudah dihitung dengan cara menjumlah elektron yang
dibutuhkan untuk mencapai konfigurasi gas mulia. (Bird, 1987)
C.
ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, termometer, gelas
piala, elektroda karbon, lampu spiritus, sudip kaca, dan pipet tetes.
- Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah urea, naftalena, kristal NaCl, KI, dan MgSO4.
D.
PROSEDUR KERJA
I.
Perbandingan titik
leleh
1) Dimasukkan sejumlah kecil urea (±1-2 sudip) ke
dalam tabung reaksi, dimasukkan termometer ke dalam tabung reaksi tersebut.
2) Dipanaskan tabung reaksi dengan menggunakan lampu
spiritus, diamati perubahan yang terjadi pada urea di dalam tabung reaksi.
3) Dicatat suhu tepat saat sampel urea mulai meleleh,
dan dicatat suhu pada saat seluruh sampel urea meleleh. Suhu ini merupakan
kisaran titik leleh sampel urea.
4) Dilakukan langkah 1-3 sebanyak 3 kali.
5) Dilakukan prosedur yang sama untuk senyawa
naftalena.
6)
Dicari data titik leleh dari buku acuan dan membandingkan dengan hasil
pengamatan.
II.
Perbandingan kelarutan
1) Air
dimasukkan ke dalam tabung reaksi (tabung I). Dan tabung reaksi lain diisi
dengan dengan karbon tetraklorida/CCl4 (tabung II).
2) Ditambahkan
sedikit urea ke dalam masing-masing tabung, dikocok campuran dalam setiap
tabung.
3) Diamati
kelarutan urea dalam tabung I dan tabung II.
4) Prosedur
yang sama dilakukan kembali untuk senyawa naftalena, NaCl, KI, dan MgSO4.
5) Diamati
kelarutan dari setiap senyawa dalam masing-masing tabung.
III.
Perbandingan
daya hantar
1) Gelas
piala diisi dengan 50 mL akuades.
2) Elektroda
karbon dihubungkan dengan arus listrik dan lampu.
3) Elektroda
yang telah dihubungkan tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala berisi akuades.
Diamati perubahan yang terjadi.
4) Dilakukan
prosedur yang sama dengan menambahkan urea, naftalena, KI, dan MgSO4.
E.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
I.
Perbandingan Titik
Leleh
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Urea dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan dengan lampu
spritus.
Percobaan 1 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
Percobaan 2 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
Percobaan 3 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
|
35
85
40
82
38
81
|
2.
|
Naftalena dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan dengan lampu
spiritus.
Percobaan 1 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
Percobaan 2 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
Percobaan 3 :
-
Suhu mulai meleleh
-
Suhu saat seluruh urea meleleh
|
38
50
40
60
40
72
|
II.
Perbandingan
kelarutan
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Tabung reaksi
diisi dengan Air (Tabung I) dan tabung lain diisi dengan Karbon Tetraklorida
(Tabung II)
|
-
|
2.
|
Urea dimasukkan
ke Tabung I dan Tabung II.
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Larut
Tidak Larut
|
3.
|
Naftalena
dimasukkan ke Tabung I dan Tabung II.
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Tidak Larut
Larut
|
4.
|
Isopropil
Alkohol dimasukkan ke Tabung I dan Tabung II.
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Larut
Larut dan
terpisah larutannya
|
5.
|
NaCl dimasukkan
ke Tabung I dan Tabung II.
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Larut
Tidak larut dan
menggumpal
|
6.
|
KI dimasukkan ke
Tabung I dan Tabung II
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Larut
Tidak larut dan
menggumpal
|
7.
|
MgSO4
dimasukkan ke Tabunng I dan Tabung II
-
Tabung I
-
Tabung II
|
Larut
Larut sebagian
dan menggumpal
|
III. Perbandingan Daya Hantar
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Gelas piala
diisi 50 mL Akuades
|
-
|
2.
|
Elektroda karbon
dihubungkan dengan listrik dan lampu
|
-
|
3.
|
Gelas piala yang
berisi akuades dimasuki elektroda yang telah dihubungkan ke listrik.
|
Tidak terjadi perubahan
|
5.
|
Urea + Akuades
|
Ada sedikit
gelembung dan urea larut
|
6.
|
Naftalena +
Akuades
|
Tidak ada
gelembung
|
7.
|
NaCl + Akuades
|
Banyak gelembung
|
8.
|
KI + Akuades
|
Ada gelembung
tapi lebih sedikit daripada NaCl
|
9.
|
MgSO4
+ Akuades
|
Ada gelembung
kecil
|
2. Pembahasan
Pada
percobaan perbandingan sifat senyawa ion dan senyawa kovalen ini diujikan 5
bahan diantaranya urea, naftalena, kristal NaCl, KI, dan MgSo4 untuk
3 jenis perbandingan yaitu perbandingan titik leleh, perbandingan kelarutan dan
perbandingan daya hantar.
I.
Perbandingan
titik leleh
Pada percobaan
ini, hanya 2 bahan yang diambil sebagai perbandingan yaitu urea dan naftalena. Dari
data yang diperoleh dari percobaan perbandingan titik leleh dari urea dan naftalena,
didapatkan perbedaan antara titik leleh urea dan titik leleh naftalena. Titik
leleh urea mempunyai kisaran yang lebih tinggi dibandingkan titik leleh
naftalena. Titik leleh urea menurut data percobaan memiliki kisaran rata-rata
antara 35oC-85oC, sedangkan naftalena memiliki kisaran
rata-rata antara 38oC-60oC. Sedangkan menurut buku
literatur, kisaran titik leleh urea adalah 132oC -133oC,
dan untuk naftalena 60oC-110oC.
Titik leleh
senyawa ion lebih tinggi dibandingkan senyawa kovalen karena daya tarik antara
ion positif dan negatif dalam senyawa
ion cukup besar, dan satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatanya
berlawanan.
Data yang telah
didapatkan dari literatur tentang titik leleh senyawa ion adalah NaCl mencair pada kisaran suhu
801oC sampai 804oC sedangkan KI meleleh pada suhu 681oC
dan MgSO4 meleleh pada suhu 1124oC.
II.
Perbandingan
kelarutan
Dari data hasil
percobaan, senyawa yang larut dalam air adalah urea, KI, dan NaCl, sedangkan
naftalena dan MgSO4 tidak larut dalam air. Senyawa yang larut dalam
CCl4 adalah naftalena dan MgSO4, sedangkan urea, KI, dan
NaCl tidak larut dalam CCl4.
Suatu zat hanya
dapat larut jika senyawa dan zat pelarut sama-sama bersifat polar atau non
polar. Suatu senyawa dikatakan polar jika momen dipolnya tidak sama dengan nol.
Zat terlarut polar hanya bisa larut dalam larutan yang juga bersifat polar,
begitu juga sebaliknya. Umumnya senyawa kovalen bersifat polar. Dan senyawa ion
bersifat nonpolar.
Air adalah senyawa
yang bersifat polar. Urea, KI, dan NaCl adalah senyawa yang juga bersifat
polar. Oleh karena itu, urea, KI dan NaCl larut dalam air karena sama-sama
bersifat polar.
CCl4
adalah senyawa yang bersifat nonpolar. Naftalena dan MgSO4 juga
senyawa yang bersifat nonpolar. Oleh karena itu, naftalena dan MgSO4
larut dalam CCl4 karena sama-sama bersifat non polar.
III. Perbandingan daya hantar
Dari data
perbandingan daya hantar listrik antara senyawa ion dengan senyawa kovalen
diperoleh bahwa akuades tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu
tidak menyala. Pada urea yang ditambahkan dengan akuades lampu juga tidak
menyala. Perlakuan di atas juga
dilakukan pada naftalena dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu
tidak dapat menyala. Hal ini menyatakan bahwa akuades adalah larutan non elektrolit.
Perlakuan di atas
dilakukan juga pada akuades yang dicampurkan dengan NaCl dan menghasilkan hasil
yang berbeda dari perlakuan sebelumnya. Pada percobaan yang dilakukan pada KI
yang ditambahkan dengan akuades juga menghasilkan hal yang serupa yaitu lampu
menyala dengan, dan yang terakhir percobaan dilakukan pada MgSO4
yang ditambahkan dengan akuades dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu
menyala. Hal ini berarti bahwa senyawa ion dapat menghantarkan listrik.
Senyawa ionik
dapat menghantarkan listrik disebabkan senyawa ionik terurai menjadi ion
negatif dan ion positif karena perbedaan muatan ini listrik dapat mengalir.
Banyak
zat yang apabila dilarutkan dalam akuades tidak dapat terionisasi seperti
isopropil alkohol, urea dan naftalena. Sehingga tidak menghasilkan ion dalam
larutan yang menyebabkan larutannya tidak dapat menghantarkan listrik. Zat
terlarut ini disebut non elektrolit. Diantara senyawa elektrolit kuat dan
senyawa non elektrolit ada beberapa senyawa yang disebut elektrolit lemah.
Senyawa-senyawa ini dapat menghantarkan arus listrik, tetapi lemah sekali.
Akuades termasuk elektrolit lemah jika dipandang dari reaksinya. Terionisasinya
akuades sedikit memegang peranan yang penting dalam reaksi kimia dimana akuades
sebagai pelarutnya.
F.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Senyawa
ion dan senyawa kovalen dapat dibedakan dari sifat fisisnya, yaitu perbedaan
titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa, kelarutan, dan daya hantar
listrik larutan senyawa tersebut.
2. Jenis
ikatan kimia suatu senyawa mempengaruhi bentuk dan sifat fisis senyawa
tersebut.
3. Yang
termasuk senyawa ion yaitu urea, NaCl, KI, dan MgSO4.
4. Yang
termasuk senyawa kovalen yaitu naftalena.
5.
Titik leleh senyawa ion lebih tinggi daripada titik leleh
senyawa kovalen.
- Senyawa-enyawa ion merupakan
senyawa polar, sedangkan sebagian besar senyawa kovalen merupakan senyawa
non polar dan hanya sebagian kecil yang merupakan senyawa polar (misalnya Urea, dan Isopropil Alkohol)
7.
Senyawa ionik
merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan senyawa kovalen bukan
penghantar listrik yang baik.Selain melihat dari adanya nyala lampu, bisa juga
dilihat dari banyaknya gelembung-gelembung yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun
Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
Brady, E. J. 1999.
Kimia Universitas Asas dan Sruktur. Binarupa Aksara. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Syukri, S. 1999. Kimia
Dasar Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung.