PERCOBAAN III
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan
percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami pengaruh keberadaan suatu
zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik
didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah
sifat-sifat: tekanan uap larutan, titik didih, titik beku dan tekanan osmotik
larutan, yaitu sifat-sifat yang bergantung paada konsentrasi (jumlah butiran
solute) dalam larutan (Arifin, 1993).
Sifat koligatif
larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri,
1999). Sifat koligatif larutan dapat
dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat
terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi
ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap
karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut. Maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada
sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang
homogen dan dapat berwujud padatan,
maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah
larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud
cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu (Sastrohamidjojo, 2001).
Suhu dimana fase padat dan fase cair
suatu zat dapat berada dalam keadaan seimbang pada tekanan satu atmosfer
disebut titik beku cairan, atau titik mencair padatan, atau suhu di mana bentuk
padatan dan cairan suatu zat mempunyai tekanan uap sama. Titik beku larutan
lebih rendah daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku
larutan dan pelarut murninya (ΔTf) disebut depressi titik beku
(Arifin, 1993).
Tf solven – Tf larutan
= ΔTf
Depressi titik beku larutan
nonelektrolit sebanding lurus terhadap molalitas larutan.
ΔTf = Kf . m
Kf = konstanta depresi
titik beku molal
Harga Kf untuk air adalah
-1,86 oC kg mol-1
Air murni akan bergerak melaui membran
semipermeabel ke dalam larutan gula sampai tercapai kesetimbangn. Air akan
bergerak dari larutan gul aynag encer melalui membran semipermeabel ke dalam
larutan gula yang lebih pekat. Bila solven bergerak melalui membran
semipermeabel dari daerah konsentrasi solut yang lebih tinggi, proses tersebut
disebut osmosis. Bila tekanan hidrostatik pada larutan diperbesar di atas
tekanan osmotik, mak laju air yang mengalir dari larutan kepad air murni
bertambah besar daripada air murni ynag mengalir kedalam larutan. Hasil netto
proses demikian adalah memisahkan molekul air dari larutan atau mengakibatkan
larutan menjadi lebih pekat (Arifin, 1993).
Ada empat sifat koligatif larutan,
yaitu :
1. Tekanan osmotik
2. Penurunan tekanan uap jenuh
3. Penurunan titik didih
4. Penurunan titik beku
Sifat –sifat koligatif larutan tekanan
uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan tekanan osmotik dari
larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada dalam larutan. Pada larutan
nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan
molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit
memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar, kenaikan titik didih lebih
tinggi dan lain-lain. Dalam larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion sehingga
molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah partikel dalam larutan
elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif larutan
tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya
gaya tarik menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya
merupakan satuan-satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi
oleh ion negatif, begitu pula sebaliknya (Arifin, 1993).
Pada suatu suhu, tekanan uap suatu komponen
dari suatu larutan ideal adalah sama dengan hasil kali fraksi mol komponen
tersebut dalam larutan dengan tekanan uap pada keadaan murninya pada suhu yang
sama (disebut hukum Raoult).
PA = xA . PoA
PA = tekanan uap kompenen A di atas larutan atau
tekanan parsial komponen A di dalam campuran uap dalam keadaan seimbang dengan
larutan.
XA = fraksi mol komponen A dari larutan.
PoA
= tekanan uap komponen A murni pada suhu
yang sama.
Larutan ideal adalah larutan dimana
molekul solute dan solven dalam larutan mengalami gaya-gaya yang tidak berbeda
dari gaya-gaya yang bekerja pada molekul dalam keadaan murninya komponen.
Artinya tidak ada perubahan volume total dan efek panas bila komponen-komponen
dicampur. Larutan ideal berkelakukan menuruti hukum Raoult pada seluruh rentang
konsentrasi, suhu dan tekanan. Hanya sedikit sekali dijumpai larutan ideal.
Tetapi bila komponen-komponen tidak berbeda besar polaritas dan tidak ada
interaksi kimia, atau bila konsentrasi solute cukup rendah, kelakuan larutan
mendekati sekali kelakuan larutan ideal.
Pada titik didih larutan encer, titik
didih larutan solute nonvolatil selalu lebih tinggi daripada pelarut murni.
Perbedaan suhu mendidih (ΔTb) disebut elevasi titik didih.
Tb larutan – Tb solven
= ΔTb
Dalalm larutan encer elevasi titik
didih berbanding lurus dengan molalitas larutan.
ΔTb = Kb . m
Kb = konstanta elevasi
titik didih molal
Kb air = 0,513 oC
mol-1 kg
Suatu larutan dalam air yang berisi 1
mol solut nonvolatil dan non elektrolit dalam 100 g air akan mendidih pada suhu
100,513 oC pada tekanan satu atmosfer.
Tekanan uap suatu larutan tergantung
pada konsentrasi larutan. Penguapan dari suatu larutan dengan demikian
tergantung konsentrasi larutan dan tekanan parsial uap air dalam udara
(kelembaban udara) (Arifin, 1993).
Apabila suatu senyawa nonelekrolit
terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat
pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik
beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni.
Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel-partikel pelarut
yang terdapat di dalam larutan. Makin
berat larutan, makin rendah titik beku, makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan
konsentrasi (Petrucci,1985).
Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh
kebersamaan jumlah partikel dan bukan ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi
sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada jumlah partikel. Sifat
koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat
terlarut, yaitu dengan menggunakan rumus :
m =
|
Jumlah
mol zat terlarut
|
Kg pelarut
|
Penurunan titik beku dari suatu larutan, Tf berbanding lurus dengan konsentrasi molal (m)
dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang spesifik.
Konstanta ini disebut tetapan krioskopik atau tetapan penurunan titik beku (Kf),
sehingga didapatkan rumus :
Tf =
|
Kf .
|
M
|
Tf =
|
Kf .
|
Jumlah mol zat terlarut
|
Kg pelarut
|
Untuk menentukan massa molar (BM) dari suatu zat
terlarut, jumlah mol harus diubah menjadi gram zat terlarut / BM. Sehingga :
Tf =
|
Kf.
|
g zat terlarut / BM
|
Kg pelarut
|
||
BM =
|
Kf .
|
g zat terlarut
|
Tf. Kg pelarut
|
Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung
pada konsentrasi zat terlarut. Semakin berat larutan, maka semakin rendah titk
bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi.
Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut dalam
larutan.
Pelarut
|
Titik beku (oC)
|
Kf (oC)
|
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
|
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
|
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
|
Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan
sebagai berikut :
a.
Suatu pelarut
jika ditambahkan zat terlarut, maka titik bekunya akan turun.
b.
Besarnya penurunan
titik beku sebanding dengan konsentrasi molal (m).
c.
∆Tf (
penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni – titik beku larutan).
d.
Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal dan
didefinisikan sebagai penurunan titik beku jika konsentrasi larutan satu molal,
Sehingga
berlaku persamaan :
∆Tf = m. Kf
∆Tf = K f
∆Tf = Kf
dengan
|
:
|
∆Tf
|
=
|
penurunan titik beku
|
m
|
=
|
konsentrasi
molal
|
||
Kf
|
=
|
Tetapan penurunan titik beku molal
|
||
gr
|
=
|
massa zat terlarut
|
||
p
|
=
|
massa zat pelarut
|
||
Mr
|
=
|
Mr zat
terlarut
|
Penurunan titik
beku, ΔTf . bila kebanyakan
larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum
ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama
dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih
rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut
(atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku ΔTf
= (titik beku pelarut – titik bekularutan) =
Kf . m dimana m ialah molaritas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi
1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang
tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku
molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf adalah khas
pelarut itu masing-masing (Syukri, 1999).
III.
ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker
besar (500 atau 1000 ml), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik,
termometer.
- Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah sikloheksana, larutan contoh, es batu.
IV.
PROSEDUR KERJA
I.
Penentuan
Titik Beku Pelarut
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan
dikeringkan menggunakan kain atau kertas tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan
dicatat beratnya menggunakan neraca analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml sikloheksana.
Kemudian tabung reaksi berisi sikloheksana ditimbang. Tabung reaksi ditutup
dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga
ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalm
tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi sikloheksana.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker.
Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan dicatat.
7) Sikloheksana di dalam tabung diaduk secara
perlahan dengan menggunakan pengaduk gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata
suhu setiap 10 detik.
9)
Pengamatan
dilakukan selama 8 menit.
II.
Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan
dikeringkan menggunakan kain atau kertas tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan
dicatat beratnya menggunakan neraca analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml larutan contoh.
Kemudian tabung reaksi berisi larutan contoh ditimbang. Tabung reaksi ditutup
dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga
ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalm
tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi larutan contoh.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker.
Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan dicatat.
7) Larutan contoh di dalam tabung diaduk secara
perlahan dengan menggunakan pengaduk gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata
suhu setiap 10 detik.
9)
Pengamatan
dilakukan selama 8 menit.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
dan Perhitungan
1.
Hasil
a.
Penentuan Titik Beku Pelarut
No.
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dikeringkan semua peralatan gelas.
|
|
2.
|
Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi kosong
dengan menggunakan neraca analitik.
|
m = 69,67 gram
|
3.
|
Diisi tabung reaksi dengan 20 mL sikloheksana.
|
|
4.
|
Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
|
m =84,84 gram
|
5.
|
Diisi gelas beker besar dengan es batu, hingga
ketinggian es batu lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi larutan.
|
|
6.
|
Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam
tabung reaksi.
|
|
7.
|
Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam
tabung reaksi.
|
|
8.
|
Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker.
|
|
9.
|
Dicatat suhu awal larutan.
|
T0 = 30o C
|
10.
|
Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan
pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik selama 8
menit
|
Hasil pengamatan pada tabel berikut.
|
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku
pelarut murni
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
0
|
30
|
120
|
9
|
240
|
6
|
360
|
6
|
10
|
23
|
130
|
9
|
250
|
6
|
370
|
6
|
20
|
22
|
140
|
8
|
260
|
6
|
380
|
6
|
30
|
20
|
150
|
8
|
270
|
6
|
390
|
6
|
40
|
18
|
160
|
7
|
280
|
6
|
400
|
6
|
50
|
17
|
170
|
7
|
290
|
6
|
410
|
6
|
60
|
15
|
180
|
7
|
300
|
6
|
420
|
6
|
70
|
14
|
190
|
6,5
|
310
|
6
|
430
|
6
|
80
|
14
|
200
|
6,5
|
320
|
6
|
440
|
6
|
90
|
12
|
210
|
6,5
|
330
|
6
|
450
|
5,5
|
100
|
11
|
220
|
6,5
|
340
|
6
|
460
|
5,5
|
110
|
10
|
230
|
6
|
350
|
6
|
470
|
5,5
|
b.
Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
No.
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dikeringkan semua peralatan gelas.
|
|
2.
|
Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi kosong
dengan menggunakan neraca analitik.
|
m = 69,67 gram
|
3.
|
Diisi tabung reaksi dengan 20 mL sikloheksana.
|
|
4.
|
Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
|
m =85,24 gram
|
5.
|
Diisi gelas beker besar dengan es batu, hingga
ketinggian es batu lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi larutan.
|
|
6.
|
Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam
tabung reaksi.
|
|
7.
|
Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam
tabung reaksi.
|
|
8.
|
Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker.
|
|
9.
|
Dicatat suhu awal larutan.
|
T0 = 29o C
|
10.
|
Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan
pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik selama 8
menit
|
Hasil pengamatan pada tabel berikut.
|
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku
larutan contoh
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
t (detik)
|
T (°C)
|
0
|
29
|
120
|
7,5
|
240
|
1,5
|
360
|
-0,5
|
10
|
26
|
130
|
6,5
|
250
|
1
|
370
|
-0,5
|
20
|
23
|
140
|
5,5
|
260
|
1
|
380
|
-0,5
|
30
|
21
|
150
|
5
|
270
|
1
|
390
|
-0,5
|
40
|
18
|
160
|
5
|
280
|
0,5
|
400
|
-1
|
50
|
17
|
170
|
4
|
290
|
0,5
|
410
|
-1
|
60
|
15
|
180
|
3,5
|
300
|
0
|
420
|
-1
|
70
|
13
|
190
|
3
|
310
|
0
|
430
|
-1
|
80
|
12
|
200
|
3
|
320
|
0
|
440
|
-1
|
90
|
10,5
|
210
|
2,5
|
330
|
0
|
450
|
-1
|
100
|
10
|
220
|
2
|
340
|
0
|
460
|
-1
|
110
|
9
|
230
|
2
|
350
|
-0,5
|
470
|
-1
|
2. Perhitungan
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
1.
Dibuat plot
temperatur pengamatan untuk setiap titik waktu pengamatan dalam sebuah grafik
suhu (T°C) terhadap waktu (t detik).
2.
Grafik yang diperoleh akan menunjukkan penurunan suhu yang relatif tajam pada menit awal pengamatan (garis curam),
diikuti penurunan suhu yang relatif kecil (garis landai).
3.
Ditarik garis
regresi linear untuk garis curam dari garis regresi linear untuk garis landai.
4. Perpotongan antara kedua garis linear tersebut
merupakan titik beku dari sampel yang diamati.
5.
Menentukan Tf pelarut (sikloheksana) dari
persamaan :
y = -0,0769x + 21,769
y = 0,0014x + 6,4374
maka : =
6.
Menentukan Tf larutan (Sikloheksana + larutan
contoh) dari persamaan :
y = -0,1023x + 22,858
y = -0,0105x + 3,6162
maka
: =
7.
Menentukan ΔTf
Massa solute =
massa larutan contoh – massa pelarut
= 15,57 gr – 15,17 gr
= 0,40 gr.
Massa pelarut =
15,17 gr – 0,1517 kg
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
= 22,603 – 17,614
= 4,989 oC
8.
Menentukan massa relatif zat terlarut dalam
larutan contoh
Diketahui :
ΔTf = 4,989 oC
Kf
= 20
Massa pelarut = 15,17 gr = 0,1517 kg.
Ditanya : Mr Sikloheksana = ………….?
Jawab :
Jadi nilai Mr
adalah 10,53 gr/mol
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita dapat mengukur titik beku pelarut dan larutan
serta menentukan massa molar suatu zat. Suatu larutan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi es
batu. Suhu awal larutan dicatat, dan kemudian dicatat suhu larutan setiap 10
detik selama 8 menit. Selama pengamatan, larutan selalu diaduk agar tidak
membeku.
Dalam proses pengadukan sikloheksana dan larutan contoh, agar cepat
mengalami perubahan penurunan suhu, larutan harus terus-menerus diaduk di dalam
gelas piala yang berisi es batu selama menit 6-8 menit sehingga menjadi beku
dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti salju yang terdapat pada larutan
dan tabung reaksinya.
Setiap larutan pada tekanan tertentu akan berada dalam keadaan setimbang
dan suhu itulah yang dinamakan sebagai titik beku. Begitu pula pada larutan
sikloheksana dan larutan contoh pada praktikum kali ini.
1)
Menentukan Titik Beku Pelarut
Pada
percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Telah
diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan
zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut,
maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan
konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding
dengan konsentrasinya.
Dari
percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari
grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan
grafik yang dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada
beberapa detik diawal percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang
relatif kecil pada sisa waktu percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk
mendapatkan titik beku pelarut atau larutan, tarik garis pada daerah curam
(garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut membagi titik
suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut merupakan
titik beku pelarut/larutan.
2) Menentukan Titik
Beku Larutan Contoh
Pada
percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi
molalnya.
Telah
diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan
zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut,
maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan
konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding
dengan konsentrasinya.
Dari
seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya
penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya.
Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena
seharusnya menggunakan termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum
sudah mencair sehingga data yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan
menyebabkan hasil yang diperoleh akan tidak mendekati nilai sebenarnya.
Dalam grafik, dapat
dilihat bahwa sikloheksana memiliki titik beku lebih tinggi daripada larutan
contoh. Dari percobaan kali ini, kita dapat menentukan nilai massaa molekul relatif
hasil percobaan, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai yang telah diketahui
seperti massa pelarut (15,17 g) dan massa terlarut (15,57 g), Tf (4oC), dan Kf (20o C/m)
ke dalam rumus berikut :
ΔTf =
Sehingga dalam percobaan kali ini didapatkan nilai
massa molekul relatif sebesar 10,53 .
VI.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi
zat terlarut.
2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya
oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif
tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan,
melalui percobaan dapat dicari dengan cara melihat titik perpotongan dalam
waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik beku pelarut (sikloheksana)
sebesar 20,603 oC dan titik beku pelarut (larutan contoh) adalah 17,614
oC.
4. Didapat ∆Tf adalah 4,989 oC yang
didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan titik beku larutan
contoh.
5. Didapat nilai Mr berdasarkan rumus adalah 10,53 .
6. Besar massa molekul suatu senyawa larutan bergantung
pada titik beku pelarut dan titik beku zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 1993. Diktat
Kuliah:Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar dan Prinsip Dasar Modern. Erlangga: Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM. Universitas
Press: Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. ITB: Bandung.