Jumat, 09 September 2011

Laporan Praktikum Kimia - Percobaan 4


PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
I.         TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu garam dalam pelarut air, dan menentukan hasil kali kelarutannya.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.   Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan
Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi, dan sebaliknya. Sebagai contoh :
AB + CDAC + BD
        Dalam kesetimbangan ini, terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD, dan pada saat yang sama, AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati konstan.
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase, sehingga sistem yang terbentuk itu hanya memiliki satu fase. Kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
Dalam kimia terdapat hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut Hukum Kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Syukri, 1999).


B.   Larutan Jenuh
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan.
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan suatu larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam dalam pelarut panas dari pada dalam pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh digetarkan atau diguncang, dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika tidak ada zat terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin itu bersifat lewat jenuh (Brady, 1999).
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung ion-ion berasal dari satu sumber padatan murni. Namun, bagaimana pengaruhnya pada kesetimbangan larutan jenuh jika ion-ion dari sumber lain dimasukkan ke dalam larutan pertama. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut dikonsumsi (Petrucci, 1987).
Suatu garam ionik apabila dilarutkan dalam air, akan terurai menjadi ion-ionnya. Apabila dalam air larutan tersebut telah lewat jenuh, maka garam tersebut akan mengendap. Pada keadaan tepat jenuh, terjadi kesetimbangan antar fase padat dari garam dengan ion-ionnya dalam larutan. Misalkan untuk garam timbal klorida, keadaan kesetimbangan dari perak klorida dalam larutan dapat dituliskan dalam persamaan kesetimbangan sebagai berikut :
PbCl (s) Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
C.   Kelarutan Suatu Garam
Kelarutan dari suatu garam adalah banyaknya garam yang dapat larut dalam suatu pelarut sampai garam tersebut tepat akan mengendap. Besarnya kelarutan dari suatu garam nilainya beragam untuk setiap macam garam dan merupakan salah satu sifat fisis dari garam tersebut.
Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.
Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1987).

III.   ALAT DAN BAHAN
  1. Alat
     Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala 100 ml, erlenmeyer 100 ml, pipet volume (ukuran 5, 20, dan 25 ml), buret 50 ml, corong kaca.

  1. Bahan
     Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan jenuh MgCO3, CaCO3, BaCO3, larutan standar HCl 0,001M, larutan standar NaOH 0,001M, indikator fenol merah.

IV.    PROSEDUR KERJA
  1. Penentuan Kelarutan Larutan Jenuh MgCO3
1)      Larutan jenuh MgCO3 10 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2)      Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
3)      Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
4)      Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan aquades, kemudian dikeringkan.
5)      Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6)      Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm erlenmeyer.
7)      Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8)      Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dicatat.
9)      Titrasi diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.

  1. Penentuan Kelarutan Larutan Jenuh CaCO3
1)      Larutan jenuh CaCO3 10 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2)      Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
3)      Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
4)      Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan aquades, kemudian dikeringkan.
5)      Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6)      Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm erlenmeyer.
7)      Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8)      Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dicatat.
9)      Titrasi diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.


  1. Penentuan Kelarutan Larutan Jenuh BaCO3
1)      Larutan jenuh BaCO3 10 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2)      Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
3)      Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan menggunakan pipet gondok.
4)      Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan aquades, kemudian dikeringkan.
5)      Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6)      Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm erlenmeyer.
7)      Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8)      Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dicatat.
9)      Titrasi diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.

V.       HASIL DAN PEMBAHASAN
       A.        Hasil dan Perhitungan
                   1. Hasil
·      Pada larutan jenuh MgCO3
No
Percobaan
Pengamatan
1.


2.


3.


4.

5.

6.

7.


8.

9.
Dimasukkan 10 mL larutan MgCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 1 mL larutan HCl                 0,001 M menggunakan pipet gondok

Ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi, dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
Volume larutan jenuh = 10 mL


NaOH 0,001 M berwarna bening, larutan berwarna bening
NaOH 0,001 M berwarna bening

Volume buret 50 mL

Volume larutan standar 50 mL

Larutan berwarna ungu

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning muda.

Titrasi 1 : VHCl = 2,5 mL
Titrasi 2  : VHCl= 2,7 mL
Rata-rata volume HCl untuk titrasi = 2,6 mL

·      Pada larutan jenuh CaCO3
No
Percobaan
Pengamatan
1.


2.

3.


4.

5.

6.

7.


8.

9.
Dimasukkan 10 mL larutan CaCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL larutan HCl 0,001 M menggunakan pipet gondok
Ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi, dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
Volume larutan jenuh = 10 mL


HCl 0,001 M berwarna bening, larutan berwarna bening
NaOH 0,001 M berwarna bening

Volume buret 50 mL

Volume HCl dalam buret 50 mL
Larutan berwarna ungu

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning muda.

Titrasi 1 : VHCL= 1 mL
Titrasi 2 : VHCL= 1 mL
Rata-rata volume HCl untuk titrasi = 1 mL

·        Pada larutan jenuh BaCO3
No
Percobaan
Pengamatan
1.


2.


3.


4.

5.

6.

7.


8.

9.
Dimasukkan 10 mL larutan MgCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL larutan HCl 0,001 M menggunakan pipet gondok

Ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi, dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
Volume larutan jenuh = 10 mL


NaOH 0,001 M berwarna bening, larutan berwarna bening

NaOH 0,001 M berwarna bening
Volume buret 50 mL

Volume larutan standar 50 mL

Larutan berwarna ungu

Perubahan warna dari ungu menjadi kuning muda.

Titrasi 1 : VHCL= 2,2 mL
Titrasi 2 : VHCL= 0,7 mL
Rata-rata volume HCl untuk titrasi = 1,45 mL

                  

                   2. Perhitungan
            a. Kelarutan MgCO3
                Diketahui : V MgCO3 = 10 mL
                            VHCl = 1 mL ; [HCl] = 0,001 M
                VNaOH = 10 mL ; [NaOH] = 0,001 M
                VHCl Titrasi = 2,6 mL
                Ditanyakan : Kelarutan MgCO3 (mol/L)
                Jawab : Misalkan jumlah mmol MgCO3 = x mmol
                Jumlah mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
                Jumlah mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,010 mmol
                Jumlah mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl Titrasi
                                                                   = 0,001 mmol/mL x 2,6 mL
                                                                   = 0,0026 mmol
                Reaksi 1
                                       MgCO3   +   2HCl                        MgCl2   + H2CO3
                mmol awal   :    x mmol     0,001 mmol
                bereaksi     :    x mmol     2x   mmol
                sisa              :        -            (0,001 – 2x) mmol

                Reaksi 2 
                                              HCl           +        NaOH              NaCl +   H2O mmol awal :      (0,001 – 2x) mmol    0,010 mmol
                bereaksi     :    (0,001 – 2x) mmol      (0,001 – 2x) mmol
                sisa              :           -                          (0,009 + 2x) mmol

                Reaksi 3 (titrasi)
                                            HCl             +    NaOH               NaCl   +   H2O
                mmol awal  : (0,009 + 2x) mmol       (0,009 + 2x) mmol  
                bereaksi       : (0,009 + 2x) mmol    (0,009 + 2x) mmol
                sisa              :           -                                   -


                (Jumlah mmol NaOH)     =   (Jumlah mmol HCl)
                      (0,009 + 2x) mmol   =  0,001 mmol/mL x  1,55 mL
                                          2x         =   [(0,0026 – 0,009)] mmol
                                                               
               
        Maka :
        [MgCO3] = (3,2 x 10-3 / 10) mmol/mL = – 3,2 x 10-4 mmol/mL
                                                                              
            Ksp MgCO3  = [Mg2+] [CO32-]
                                 =   s . s   =   s2
                                = (– 3,2 x 10-4)2
                                            = 1,02 x 10-9 M

                b. Kelarutan CaCO3
                Diketahui :
                   V CaCO3 = 10 mL
                   VHCl = 1 mL ; [HCl] = 0,001 M
                   VNaOH = 10 mL ; [NaOH] = 0,001 M
                   VHCl Titrasi = 1 mL
                Ditanyakan : Kelarutan CaCO3 (mol/L)
                Jawab :
                  Misalkan jumlah mmol CaCO3 = x mmol
                  Jumlah mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
                  Jumlah mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,01 mmol
                  Jumlah mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl Titrasi
                                                                     = 0,001 mmol/mL x 1 mL
                                                                     = 0,001 mmol
               


                Reaksi 1
                                       CaCO3   +   2HCl                         CaCl2   + H2CO3
                mmol awal   :    x mmol     0,001 mmol
                bereaksi     :    x mmol     2x   mmol
                sisa              :        -            (0,001 – 2x) mmol

                Reaksi 2 
                                              HCl           +        NaOH              NaCl +   H2O mmol awal :      (0,001 – 2x) mmol    0,010 mmol
                bereaksi     :    (0,001 – 2x) mmol      (0,001 – 2x) mmol
                sisa              :           -                          (0,009 + 2x) mmol

                Reaksi 3 (titrasi)
                                            HCl             +    NaOH               NaCl   +   H2O
                mmol awal  : (0,009 + 2x) mmol       (0,009 + 2x) mmol  
                bereaksi       : (0,009 + 2x) mmol    (0,009 + 2x) mmol
                sisa              :           -                                   -

(Jumlah mmol NaOH)   =   (Jumlah mmol HCl)
     (0,009 + 2x) mmol    =   0,001 x 1 mmol
                               2x    =   (0,001 – 0,009) mmol
                                    
Maka : [CaCO3] = (4 x 10-3 / 10)mmol/mL    = – 4 x 10-4 mmol/mL
                                                                         
           Ksp CaCO3  = [Ca2+] [CO32-]
                               =  s .  s    =  s2
                               = (­– 4 x 10-4)2
                               = 1,6 x 10-9 M



             c. Kelarutan BaCO3
                Diketahui :
                   V BaCO3 = 10 mL
                   VHCl = 1 mL ; [HCl] = 0,001 M
                   VNaOH = 10 mL ; [NaOH] = 0,001 M
                   VHCl Titrasi = 1,45 mL
                Ditanyakan : Kelarutan BaCO3 (mol/L)
                Jawab :
                  Misalkan jumlah mmol BaCO3 = x mmol
                  Jumlah mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
                  Jumlah mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,01 mmol
                  Jumlah mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl Titrasi
                                                                     = 0,001 mmol/mL x 1,45 mL
                                                                     = 0,00145 mmol
                Reaksi 1
                                       BaCO3   +   2HCl                         BaCl2   + H2CO3
                mmol awal   :    x mmol     0,001 mmol
                bereaksi     :    x mmol     2x   mmol
                sisa              :        -            (0,001 – 2x) mmol

                Reaksi 2 
                                              HCl           +        NaOH              NaCl +   H2O mmol awal :      (0,001 – 2x) mmol    0,010 mmol
                bereaksi     :    (0,001 – 2x) mmol      (0,001 – 2x) mmol
                sisa              :           -                          (0,009 + 2x) mmol

                Reaksi 3 (titrasi)
                                            HCl             +    NaOH               NaCl   +   H2O
                mmol awal  : (0,009 + 2x) mmol       (0,009 + 2x) mmol  
                bereaksi       : (0,009 + 2x) mmol    (0,009 + 2x) mmol
                sisa              :           -                                   -

(Jumlah mmol NaOH)   =   (Jumlah mmol HCl)
     (0,009 + 2x) mmol    =   0,001 x 1,45 mmol
                               2x    =   (0,00145 – 0,009) mmol
                                    
Maka : [BaCO3] = (3,7 x 10-3 / 10)mmol/mL    = – 3,7 x 10-4 mmol/mL
                                                                          
           Ksp BaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
                               =  s .  s    =  s2
                               = (– 3,7 x 10-4)2
                               = 1,36 x 10-9 M

      B.             Pembahasan
Kelarutan merupakan banyaknya zat terlarut yang larut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk dapat menghasilkan larutan jenuh. Faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dasar zat, dan hadirnya ion-ion dalam larutan. Kebanyakan zat, kelarutannya akan meningkat jika temperaturnya dinaikkan. Oleh karena itu, kebanyakan reaksi yang memerlukan kelarutan yang cepat seringkali menggunakan larutan panas.
Jenis zat pelarut juga mempengaruhi besarnya kelarutan. Kebanyakan reaksi menggunakan air sebagai pelarut, karena air merupakan pelarut yang mempunyai momem dipol yang besar dan ditarik baik ke kation atau anion untuk membentuk ion terhidrasi.
Hadirnya ion-ion lain dalam larutan dapat mempengaruhi larutan. Suatu endapan lebih dapat larut dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapannya dan pengaruh ion sekutu yang berlebih, maka dapat menyebabkan kelarutan suatu endapan cukup besar daripada nilai yang diramalkan oleh tetapan hasil kali kelarutan.
Apabila kesetimbangan dimulai dengan ion dalam larutan yang menghasilkan zat murni tak larut, maka prosesnya dinamakan reaksi pengendapan.
Pada percobaan ini digunakan larutan MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 jenuh yang berarti larutan ini tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, dan warna dari kedua larutan ini adalah bening. Larutan MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 termasuk garam karbonat dari alkali tanah jika dilihat dari pengelompokan senyawa, MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 juga termasuk senyawa ionik yang sukar larut, artinya kelarutannya sangat kecil. Karena senyawa ini memiliki kelarutan yang kecil maka memiliki suatu nilai yang disebut konstanta hasil kali kelarutan.
Pada percobaan menggunakan larutan MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 jenuh kali ini, terjadi tiga reaksi, yaitu :
1.      Reaksi yang pertama terjadi antara 10 ml MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 jenuh  larutan dengan 1 ml larutan HCl 0,001 M.
CaCO3 + 2 HCl                     CaCl2 + H2O + CO2
MgCO3 + 2HCl                         MgCl2 + H2O + CO2
2.      Tetapi pada reaksi ini masih terdapat HCl sisa. Untuk menghilangkan HCl sisa tersebut, maka larutan direaksikan 10 ml NaOH 0,001M.  Sehingga terjadi reaksi yang kedua, yaitu :
HCl(aq) +     NaOH(aq)                  NaCl(aq)  +  H2O(l)
3.      Dari reaksi tersebut dihasilkan NaCL dan H2O.   Ternyata pada reaksi tersebut terjadi kelebihan NaOH, sehingga larutan bersifat basa.  Untuk mengetahui volume NaOH maka larutan dititrasi dengan larutan HCl.  Sebelum dititrasi larutan tersebut diberi indikator fenolmerah karena memiliki pH yang terletak pada titik ekuivalen titrasi.. Ini merupakan reaksi yang ketiga, yaitu :
NaOH(aq)  +    HCl(aq)                    NaCl(aq)  +  H2O(l)
Titrasi akan berhenti jika larutan berubah warna menjadi warna kuning. Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali dan diperoleh volume rata- rata HCl-nya sebesar 2,6 mL untuk MgCO3, 1 mL untuk CaCO3 dan 1,45 mL untuk BaCO3.
Dari percobaan di atas, dapat diketahui secara umum mengenai pengendapan, yaitu :
                    i.  Pengandapan terjadi jika hasil kali ion > Ksp
                   ii.  Pengendapan tak terjadi jika hasil kali ion < Ksp
                 iii.  Larutan tepat jenuh jika hasil kali ion = Ksp
Pernyataan di atas merupakan hubungan reaksi pengendapan dengan nilai Ksp.

Dari nilai rata-rata volume yang telah diperoleh, dapat dihitung nilai hasil kali kelarutannya (Ksp) dari larutan tersebut. Untuk mendapatkan nilai Ksp, dapat melewati beberapa proses perhitungan. Proses-proses perhitungan tersebut sangat menentukan untuk mendapatkan nilai Kspnya. Nilai kelarutan dari masing-masing larutan dari hasil perhitungan yaitu -3,2 x 10-4 untuk MgCO3, -4 x 10-3  untuk CaCO3, dan -3,7 x 10-4 untuk BaCO3. Sedangkan nilai Ksp yang didapatkan dari hasil percobaan yaitu 1,02 x 10-9 untuk MgCO3, 1,6 x 10-9 untuk CaCo3 dan 1,36 x 10-9 untuk BaCO3.
VI.    KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1.    Hasil kali kelarutan adalah nilai dari perkalian ion-ion dalam larutan dimana pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan
2.    Kelarutan MgCO3 pada percobaan ini adalah – 3,2 x 10-4 mol/L
3.    Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada percobaan ini adalah 1,02 × 10-9.
4.    Kelarutan CaCO3 pada percobaan ini adalah – 4 x 10-4 mol/L
5.    Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan ini adalah 1,6 x 10-9.
6.    Kelarutan BaCO3 pada percobaan ini adalah – 3,7 x 10-4 mol/L
7.    Hasil kali kelarutan (Ksp) BaCO3 pada percobaan ini adalah 1,36 x 10-9.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.