PERCOBAAN IV
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan
percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami sifat larutan jenuh,
kelarutan suatu garam dalam pelarut air, dan menentukan hasil kali
kelarutannya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kesetimbangan Hasil Kali Kelarutan
Kesetimbangan kimia adalah
kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem terjadi perubahan zat pereaksi
menjadi hasil reaksi, dan sebaliknya. Sebagai contoh :
AB + CDAC + BD
Dalam kesetimbangan ini, terjadi reaksi
AB dan CD menjadi AC dan BD, dan pada saat yang sama, AC dan BD bereaksi
menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati
konstan.
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan
heterogen. Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya
mempunyai kesamaan fase, sehingga sistem yang terbentuk itu hanya memiliki satu
fase. Kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya
mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai
lebih dari satu macam fase.
Dalam kimia terdapat hubungan antara
konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut Hukum
Kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian
antara zat hasil reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Syukri, 1999).
B. Larutan Jenuh
Larutan jenuh didefinisikan sebagai
larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya
kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut. Pembentukan
larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut
yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya
tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat
terlarut. Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3
atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan.
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat
(lebih encer) dari pada larutan jenuh. Dan suatu larutan lewat jenuh lebih
pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh biasanya
dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Zat
terlarut haruslah lebih banyak larut dalam dalam pelarut panas dari pada dalam
pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu
disingkirkan. Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk
menghindari pengkristalan. Artinya larutan itu tidak boleh digetarkan atau
diguncang, dan debu maupun materi asing dilarang masuk. Jika tidak ada zat
terlarut yang memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan yang dingin itu
bersifat lewat jenuh (Brady, 1999).
Sejauh ini, larutan jenuh yang mengandung
ion-ion berasal dari satu sumber padatan murni. Namun, bagaimana pengaruhnya
pada kesetimbangan larutan jenuh jika ion-ion dari sumber lain dimasukkan ke
dalam larutan pertama. Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan
setimbang menanggapi peningkatan salah satu pereaksinya dengan cara menggeser
kesetimbangan ke arah dimana pereaksi tersebut dikonsumsi (Petrucci, 1987).
Suatu garam ionik apabila dilarutkan
dalam air, akan terurai menjadi ion-ionnya. Apabila dalam air larutan tersebut
telah lewat jenuh, maka garam tersebut akan mengendap. Pada keadaan tepat
jenuh, terjadi kesetimbangan antar fase padat dari garam dengan ion-ionnya
dalam larutan. Misalkan untuk garam timbal klorida, keadaan kesetimbangan dari
perak klorida dalam larutan dapat dituliskan dalam persamaan kesetimbangan
sebagai berikut :
PbCl (s) Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
C. Kelarutan Suatu Garam
Kelarutan dari suatu garam adalah
banyaknya garam yang dapat larut dalam suatu pelarut sampai garam tersebut
tepat akan mengendap. Besarnya kelarutan dari suatu garam nilainya beragam
untuk setiap macam garam dan merupakan salah satu sifat fisis dari garam
tersebut.
Jika suatu garam memiliki tetapan
hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya
jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil,
dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.
Harga tetapan hasil kali kelarutan
dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur
akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali
kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 1987).
III.
ALAT DAN BAHAN
- Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala 100 ml, erlenmeyer 100
ml, pipet volume (ukuran 5, 20, dan 25 ml), buret 50 ml, corong kaca.
- Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah larutan jenuh MgCO3, CaCO3, BaCO3,
larutan standar HCl 0,001M, larutan standar NaOH 0,001M, indikator fenol merah.
IV.
PROSEDUR KERJA
- Penentuan
Kelarutan Larutan Jenuh MgCO3
1) Larutan jenuh MgCO3 10 ml dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2) Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M
dengan menggunakan pipet gondok.
3) Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan
menggunakan pipet gondok.
4) Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan
aquades, kemudian dikeringkan.
5) Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6) Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm
erlenmeyer.
7) Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan
larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang
konstan.
8) Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan
untuk titrasi dicatat.
9)
Titrasi
diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.
- Penentuan
Kelarutan Larutan Jenuh CaCO3
1) Larutan jenuh CaCO3 10 ml dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2) Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M
dengan menggunakan pipet gondok.
3) Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan
menggunakan pipet gondok.
4) Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan
aquades, kemudian dikeringkan.
5) Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6) Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm
erlenmeyer.
7) Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan
larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang
konstan.
8) Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan
untuk titrasi dicatat.
9)
Titrasi
diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.
- Penentuan
Kelarutan Larutan Jenuh BaCO3
1) Larutan jenuh BaCO3 10 ml dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2) Ditambahkan dengan 1 ml larutan standar HCl 0,001M
dengan menggunakan pipet gondok.
3) Ditambahkan 10 ml larutan NaOH 0,001M dengan
menggunakan pipet gondok.
4) Buret yang akan digunakan dicuci menggunakan
aquades, kemudian dikeringkan.
5) Buret diisi dengan larutan standar HCl 0,001M.
6) Ditambahkan indikator fenil merah ke dalalm
erlenmeyer.
7) Larutan di dalam erlenmeyer ditutrasi dengan
larutan HCl 0,001M dari buret sampai tepat terjadi perubahan warna yang
konstan.
8) Titrasi dihentikan, volume HCl yang diperlukan
untuk titrasi dicatat.
9)
Titrasi
diulangi sebanyak 2 kali. Volume HCl yang digunakan dirata-ratakan.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
dan Perhitungan
1.
Hasil
·
Pada larutan jenuh MgCO3
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Dimasukkan 10 mL larutan
MgCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 1 mL larutan
HCl 0,001 M menggunakan
pipet gondok
Ditambahkan 10 mL
larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan
digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan
larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator
fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam
erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi,
dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah
sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
|
Volume larutan jenuh =
10 mL
NaOH 0,001 M berwarna
bening, larutan berwarna bening
NaOH 0,001 M berwarna
bening
Volume buret 50 mL
Volume larutan standar
50 mL
Larutan berwarna ungu
Perubahan warna dari
ungu menjadi kuning muda.
Titrasi 1 : VHCl
= 2,5 mL
Titrasi 2 : VHCl= 2,7 mL
Rata-rata volume HCl
untuk titrasi = 2,6 mL
|
· Pada larutan jenuh CaCO3
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Dimasukkan 10 mL larutan
CaCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL larutan
HCl 0,001 M menggunakan pipet gondok
Ditambahkan 10 mL
larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan
digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan
larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator
fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam
erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi,
dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah
sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
|
Volume larutan jenuh =
10 mL
HCl 0,001 M berwarna
bening, larutan berwarna bening
NaOH 0,001 M berwarna
bening
Volume buret 50 mL
Volume HCl dalam buret
50 mL
Larutan berwarna ungu
Perubahan warna dari
ungu menjadi kuning muda.
Titrasi 1 : VHCL=
1 mL
Titrasi 2 : VHCL=
1 mL
Rata-rata volume HCl
untuk titrasi = 1 mL
|
·
Pada larutan
jenuh BaCO3
No
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Dimasukkan 10 mL larutan
MgCO3 jenuh dengan pipet gondok kedalan erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL larutan
HCl 0,001 M menggunakan pipet gondok
Ditambahkan 10 mL
larutan NaOH 0,001 M dengan menggunakan pipet gondok
Dicuci buret yang akan
digunakan dengan akuades
Diisi buret dengan
larutan standar HCl 0,001 M
Ditambahkan indikator
fenol merah kedalam erlenmeyer
Dititrasi larutan dalam
erlenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M sampai terjadi perubahan warna
Dihentikan titrasi,
dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi
Diulangi langkah
sebanyak 2 kali. Rata-ratakan volume HCl yang digunakan
|
Volume larutan jenuh =
10 mL
NaOH 0,001 M berwarna
bening, larutan berwarna bening
NaOH 0,001 M berwarna
bening
Volume buret 50 mL
Volume larutan standar
50 mL
Larutan berwarna ungu
Perubahan warna dari
ungu menjadi kuning muda.
Titrasi 1 : VHCL=
2,2 mL
Titrasi 2 : VHCL=
0,7 mL
Rata-rata volume HCl
untuk titrasi = 1,45 mL
|
2.
Perhitungan
a. Kelarutan
MgCO3
Diketahui : V MgCO3 =
10 mL
VHCl
= 1 mL ; [HCl] = 0,001 M
VNaOH = 10 mL ;
[NaOH] = 0,001 M
VHCl Titrasi =
2,6 mL
Ditanyakan : Kelarutan MgCO3
(mol/L)
Jawab : Misalkan jumlah mmol
MgCO3 = x mmol
Jumlah
mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
Jumlah
mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,010 mmol
Jumlah
mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl Titrasi
= 0,001 mmol/mL x 2,6 mL
=
0,0026 mmol
Reaksi 1
MgCO3 +
2HCl MgCl2 + H2CO3
mmol awal : x
mmol 0,001 mmol
bereaksi : x mmol
2x mmol
sisa : -
(0,001 – 2x) mmol
Reaksi 2
HCl + NaOH NaCl + H2O mmol awal : (0,001 – 2x)
mmol 0,010 mmol
bereaksi : (0,001 – 2x) mmol (0,001 – 2x) mmol
sisa : - (0,009 + 2x) mmol
Reaksi 3 (titrasi)
HCl + NaOH NaCl + H2O
mmol awal : (0,009 + 2x) mmol (0,009
+ 2x) mmol
bereaksi : (0,009 + 2x) mmol (0,009 + 2x) mmol
sisa : - -
(Jumlah mmol NaOH) =
(Jumlah mmol HCl)
(0,009 + 2x) mmol = 0,001 mmol/mL x 1,55 mL
2x = [(0,0026 – 0,009)]
mmol
Maka :
[MgCO3] = (3,2 x 10-3
/ 10) mmol/mL = – 3,2 x 10-4 mmol/mL
Ksp MgCO3 = [Mg2+] [CO32-]
= s . s
= s2
= (– 3,2 x 10-4)2
= 1,02 x 10-9 M
b. Kelarutan CaCO3
Diketahui :
V CaCO3 = 10 mL
VHCl = 1 mL ;
[HCl] = 0,001 M
VNaOH = 10 mL ;
[NaOH] = 0,001 M
VHCl Titrasi
= 1 mL
Ditanyakan : Kelarutan CaCO3
(mol/L)
Jawab :
Misalkan jumlah mmol CaCO3 = x mmol
Jumlah mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
Jumlah mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,01
mmol
Jumlah mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl
Titrasi
= 0,001 mmol/mL x 1 mL
= 0,001 mmol
Reaksi 1
CaCO3 +
2HCl CaCl2 + H2CO3
mmol awal : x
mmol 0,001 mmol
bereaksi : x mmol
2x mmol
sisa : -
(0,001 – 2x) mmol
Reaksi 2
HCl + NaOH NaCl + H2O mmol awal : (0,001 – 2x)
mmol 0,010 mmol
bereaksi : (0,001 – 2x) mmol (0,001 – 2x) mmol
sisa : - (0,009 + 2x) mmol
Reaksi 3 (titrasi)
HCl + NaOH NaCl + H2O
mmol awal : (0,009 + 2x) mmol (0,009
+ 2x) mmol
bereaksi : (0,009 + 2x) mmol (0,009 + 2x) mmol
sisa :
-
-
(Jumlah mmol NaOH) = (Jumlah mmol HCl)
(0,009 + 2x) mmol =
0,001 x 1 mmol
2x = (0,001 – 0,009) mmol
Maka : [CaCO3] = (4 x 10-3 / 10)mmol/mL = – 4 x 10-4 mmol/mL
Ksp
CaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
= s .
s = s2
= (– 4 x 10-4)2
= 1,6 x 10-9
M
c. Kelarutan BaCO3
Diketahui :
V BaCO3 = 10 mL
VHCl = 1 mL ;
[HCl] = 0,001 M
VNaOH = 10 mL ;
[NaOH] = 0,001 M
VHCl Titrasi
= 1,45 mL
Ditanyakan : Kelarutan BaCO3
(mol/L)
Jawab :
Misalkan jumlah mmol BaCO3 = x mmol
Jumlah mmol HCl = 0,001 M x 1 mL = 0,001 mmol
Jumlah mmol NaOH = 0,001 M x 10 mL = 0,01
mmol
Jumlah mmol HCl untuk titrasi = N x VHCl
Titrasi
= 0,001 mmol/mL x 1,45 mL
= 0,00145 mmol
Reaksi 1
BaCO3 + 2HCl BaCl2 + H2CO3
mmol awal : x
mmol 0,001 mmol
bereaksi : x mmol
2x mmol
sisa : -
(0,001 – 2x) mmol
Reaksi 2
HCl + NaOH NaCl + H2O mmol awal : (0,001 – 2x)
mmol 0,010 mmol
bereaksi : (0,001 – 2x) mmol (0,001 – 2x) mmol
sisa : - (0,009 + 2x) mmol
Reaksi 3 (titrasi)
HCl + NaOH NaCl + H2O
mmol awal : (0,009 + 2x) mmol (0,009
+ 2x) mmol
bereaksi : (0,009 + 2x) mmol (0,009 + 2x) mmol
sisa : - -
(Jumlah mmol NaOH) = (Jumlah mmol HCl)
(0,009 + 2x) mmol = 0,001 x 1,45 mmol
2x = (0,00145 – 0,009) mmol
Maka : [BaCO3]
= (3,7 x 10-3 / 10)mmol/mL
= – 3,7 x 10-4 mmol/mL
Ksp
BaCO3 = [Ca2+] [CO32-]
= s .
s = s2
= (– 3,7 x 10-4)2
= 1,36 x 10-9
M
B.
Pembahasan
Kelarutan merupakan
banyaknya zat terlarut yang larut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk
dapat menghasilkan larutan jenuh. Faktor-faktor yang penting dalam mempengaruhi
kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dasar zat, dan hadirnya ion-ion
dalam larutan. Kebanyakan zat, kelarutannya akan meningkat jika temperaturnya
dinaikkan. Oleh karena itu, kebanyakan reaksi yang memerlukan kelarutan yang
cepat seringkali menggunakan larutan panas.
Jenis zat pelarut juga mempengaruhi besarnya
kelarutan. Kebanyakan reaksi menggunakan air sebagai pelarut, karena air
merupakan pelarut yang mempunyai momem dipol yang besar dan ditarik baik ke
kation atau anion untuk membentuk ion terhidrasi.
Hadirnya ion-ion lain dalam larutan dapat
mempengaruhi larutan. Suatu endapan lebih dapat larut dalam suatu larutan yang
mengandung salah satu ion endapannya dan pengaruh ion sekutu yang berlebih,
maka dapat menyebabkan kelarutan suatu endapan cukup besar daripada nilai yang
diramalkan oleh tetapan hasil kali kelarutan.
Apabila kesetimbangan dimulai dengan ion dalam
larutan yang menghasilkan zat murni tak larut, maka prosesnya dinamakan reaksi
pengendapan.
Pada percobaan ini digunakan larutan MgCO3,
CaCO3 dan BaCO3 jenuh yang berarti larutan ini tidak
dapat lagi melarutkan zat terlarut, dan warna dari kedua larutan ini adalah
bening. Larutan MgCO3, CaCO3 dan BaCO3
termasuk garam karbonat dari alkali tanah jika dilihat dari pengelompokan
senyawa, MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 juga termasuk
senyawa ionik yang sukar larut, artinya kelarutannya sangat kecil. Karena
senyawa ini memiliki kelarutan yang kecil maka memiliki suatu nilai yang
disebut konstanta hasil kali kelarutan.
Pada percobaan menggunakan larutan
MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 jenuh kali ini, terjadi
tiga reaksi, yaitu :
1. Reaksi yang pertama terjadi antara 10 ml
MgCO3, CaCO3 dan BaCO3 jenuh larutan dengan 1 ml larutan HCl 0,001 M.
CaCO3
+ 2 HCl CaCl2
+ H2O + CO2
MgCO3
+ 2HCl MgCl2
+ H2O + CO2
2. Tetapi
pada reaksi ini masih terdapat HCl sisa. Untuk menghilangkan HCl sisa tersebut,
maka larutan direaksikan 10 ml NaOH 0,001M.
Sehingga terjadi reaksi yang kedua, yaitu :
HCl(aq)
+ NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
3. Dari reaksi tersebut dihasilkan NaCL dan H2O. Ternyata pada reaksi tersebut terjadi
kelebihan NaOH, sehingga larutan bersifat basa.
Untuk mengetahui volume NaOH maka larutan dititrasi dengan larutan
HCl. Sebelum dititrasi larutan tersebut
diberi indikator fenolmerah karena memiliki pH yang terletak pada titik
ekuivalen titrasi.. Ini merupakan reaksi yang ketiga, yaitu :
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Titrasi akan berhenti jika larutan
berubah warna menjadi warna kuning. Titrasi ini dilakukan sebanyak 2 kali dan
diperoleh volume rata- rata HCl-nya sebesar 2,6 mL untuk MgCO3, 1 mL
untuk CaCO3 dan 1,45 mL untuk BaCO3.
Dari percobaan di atas, dapat
diketahui secara umum mengenai pengendapan, yaitu :
i. Pengandapan
terjadi jika hasil kali ion > Ksp
ii. Pengendapan
tak terjadi jika hasil kali ion < Ksp
iii. Larutan
tepat jenuh jika hasil kali ion = Ksp
Pernyataan di
atas merupakan hubungan reaksi pengendapan dengan nilai Ksp.
Dari nilai rata-rata volume yang telah diperoleh,
dapat dihitung nilai hasil kali kelarutannya (Ksp) dari larutan
tersebut. Untuk mendapatkan nilai Ksp, dapat melewati beberapa
proses perhitungan. Proses-proses perhitungan tersebut sangat menentukan untuk
mendapatkan nilai Kspnya. Nilai kelarutan dari masing-masing larutan
dari hasil perhitungan yaitu -3,2 x 10-4 untuk MgCO3, -4
x 10-3 untuk CaCO3,
dan -3,7 x 10-4 untuk BaCO3. Sedangkan nilai Ksp
yang didapatkan dari hasil percobaan yaitu 1,02 x 10-9 untuk MgCO3,
1,6 x 10-9 untuk CaCo3 dan 1,36 x 10-9 untuk
BaCO3.
VI.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang
diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Hasil kali kelarutan adalah nilai dari perkalian
ion-ion dalam larutan dimana pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara
ion-ion tersebut dengan padatan
2. Kelarutan MgCO3 pada percobaan ini adalah – 3,2 x
10-4 mol/L
3. Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada percobaan
ini adalah 1,02 × 10-9.
4. Kelarutan CaCO3 pada percobaan ini adalah – 4 x 10-4
mol/L
5. Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan
ini adalah 1,6 x 10-9.
6. Kelarutan BaCO3 pada percobaan ini adalah – 3,7 x
10-4 mol/L
7. Hasil kali kelarutan (Ksp) BaCO3 pada percobaan
ini adalah 1,36 x 10-9.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.